Pernahkan kita
merasa risih setiap kali mendengar teman kita membicarakan keburukan teman yang lain ?
Apalagi kalau dilakukan secara detil dan menggebu-gebu. Siapa sih yang tidak
pernah berbuat salah? Dan apakah pasti itu suatu kesalahan/ kelemahan atau cuma
perbedaan cara pandang dan cara bertindak saja?
Kalau mau jujur
sih, saat kita tahu rahasia orang lain, kita biasanya akan merasa ‘lebih superior’ karena katanya
sekarang era informasi. Dunia akan dipimpin oleh pihak yang paling banyak
menguasai informasi. Serasa berkuasa gitu loh…
Lha, kalau yang
dibicarakan hal yang positif sih tidak masalah, tapi kalau sebaliknya …. Itu
yang biasa disebut ghibah.
Siapa saja
bisa jadi pelaku ghibah (termasuk diri kita sendiri). Sekilas, kita dan
teman-teman tampak akur. Hubungan itu
terlihat dilandasi rasa saling hormat. Seolah tak pernah terjadi, satu pihak telah
membicarakan kejelekan teman di sebelahnya.
Tapi,
berdasarkan hal ini kita bisa belajar bahwa ….
Satu kita tidak dapat mendikte/ mengatur
persangkaan dan pikiran orang lain terhdap kita. Tidak perlu berharap dan
memaksa orang berpikir tentang kita seperti yang kita harapkan. Mungkin kita
bisa dengan sengaja bertindak dan berbicara tertentu untuk memberi kesan
tertentu pula, tetapi tetap keputusan ada di orang lain itu sendiri.
Dua Jujur pada
diri sendiri dalam bertingkah laku. Inilah kita! Look at me … respon me … jugde
me … etc … ! Penilaian orang lain yang baik atau buruk diterima saja. Hati
lebih ringan.
Tiga Ternyata orang-orang
yang suka ‘ngrumpi’ akan cenderung
berkelompok dengan sesamanya. Mungkin sudah terseleksi dengan sendirinya. Toh
kita memang cenderung berkumpul dengan orang yang sejenis. Ya toh _ ya toh! Kalau bertemu tipe orang
seperti ini, akan ada 3 kemungkinan kita
menjauh, membelokkan pembicaraan kea rah
yang positif, atau malah ikut ghibah – malah jadi kompor cerita. Hayo, kita
lebih sering masuk golongan yang mana?
Tunggu dulu …!
Mumpung tiba-tiba ingat, saya tulis saja, ada pelajaran menarik yang harus
diingat dan dipraktekkan. Ada beberapa orang yang selalu menanggapi berita
jelek dengan nada positif. Bukan gerutuan atau kritikan tidak jelas. Mereka
memakai teori ‘membalik piring’ yaitu memandang sesuatu dari sisi berbeda ( yang
positif tentunya!). Saya beberapa kali
dengan sadar dan sengaja melakukannya. Hasilnya luar biasa. Selain membebaskan
diri sendiri, ternyata saat piring dibalik, hal yang dianggap buruk benar-benar
menjadi hal positif. Semoga kita tetap istiqomah dalam kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar