banner

Selasa, 06 Desember 2011

Ngrumpi atau dirumpiin ...?


Pernahkan kita merasa risih setiap kali mendengar teman kita membicarakan keburukan teman yang lain ? Apalagi kalau dilakukan secara detil dan menggebu-gebu. Siapa sih yang tidak pernah berbuat salah? Dan apakah pasti itu suatu kesalahan/ kelemahan atau cuma perbedaan cara pandang dan cara bertindak saja?
Kalau mau jujur sih, saat kita tahu rahasia orang lain, kita biasanya akan  merasa ‘lebih superior’ karena katanya sekarang era informasi. Dunia akan dipimpin oleh pihak yang paling banyak menguasai informasi. Serasa berkuasa gitu loh…
Lha, kalau yang dibicarakan hal yang positif sih tidak masalah, tapi kalau sebaliknya …. Itu yang biasa disebut ghibah.
Siapa saja bisa jadi pelaku ghibah (termasuk diri kita sendiri). Sekilas, kita dan teman-teman tampak akur.  Hubungan itu terlihat dilandasi rasa saling hormat. Seolah tak pernah terjadi, satu pihak telah membicarakan kejelekan teman di sebelahnya.

Tapi, berdasarkan hal ini kita bisa belajar bahwa ….

Satu  kita tidak dapat mendikte/ mengatur persangkaan dan pikiran orang lain terhdap kita. Tidak perlu berharap dan memaksa orang berpikir tentang kita seperti yang kita harapkan. Mungkin kita bisa dengan sengaja bertindak dan berbicara tertentu untuk memberi kesan tertentu pula, tetapi tetap keputusan ada di orang lain itu sendiri.
Dua Jujur pada diri sendiri dalam bertingkah laku. Inilah kita! Look at me … respon me … jugde me … etc … ! Penilaian orang lain yang baik atau buruk diterima saja. Hati lebih ringan.
Tiga Ternyata orang-orang  yang suka ‘ngrumpi’ akan cenderung berkelompok dengan sesamanya. Mungkin sudah terseleksi dengan sendirinya. Toh kita memang cenderung berkumpul dengan orang yang sejenis.  Ya toh _ ya toh! Kalau bertemu tipe orang seperti ini, akan ada 3 kemungkinan  kita  menjauh, membelokkan pembicaraan kea rah yang positif, atau malah ikut ghibah – malah jadi kompor  cerita. Hayo, kita lebih sering masuk golongan yang mana?

Tunggu dulu …! Mumpung tiba-tiba ingat, saya tulis saja, ada pelajaran menarik yang harus diingat dan dipraktekkan. Ada beberapa orang yang selalu menanggapi berita jelek dengan nada positif. Bukan gerutuan atau kritikan tidak jelas. Mereka memakai teori ‘membalik piring’  yaitu memandang sesuatu dari sisi berbeda ( yang positif tentunya!).  Saya beberapa kali dengan sadar dan sengaja melakukannya. Hasilnya luar biasa. Selain membebaskan diri sendiri, ternyata saat piring dibalik, hal yang dianggap buruk benar-benar menjadi hal positif.  Semoga kita tetap istiqomah dalam kebaikan.
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified